Goes Wild

on Jumat, 16 Maret 2012
masih teringat jelas mungkin setahun yang lalu (atau mungkin lebih, entahlah gw amnesia) warna kelabu yang menutupi ¾ Jogja akibat erupsi Merapi. Saat itu sang raksasa sedang marah dan bahkan pengasuhnya sendiri menjadi korban (RIP –Mbah Maridjan). abu dan udara sesak merupakan hal umum selama hampir seminggu lebih di kawasan Jogja dan daerah disekitarnya. Setiap detik menimbulkan kewaspadaan di kalangan masyarakat yang keukeuh enggak mengungsi keluar Jogja, termasuk gw. Bukan karena gw pemberani atau bego, tapi kampus emang enggak libur dan mau tak mau kami harus tinggal. Padahal kampus gw adalah kampus ke-3 terdekat dari pusat bencana, hebat gak  tuh ?

tapi itu cerita lama. Setelah puas melampiaskan amarahnya, kini Merapi kembali manis dan bersahabat. Wajah muram nan murkanya sudah berganti dengan hijau dan sejuknya pepohonan baru yang tumbuh dari muntahannya selama beberapa waktu silam.

Kurang lebih seminggu yang lalu gw sama temen kos mampir mengunjungi raksasa cantik ini. Terdorong oleh rasa muak dengan asap dan mesin kami ngacir ke puncak sekitar pukul 7 pagi, bermaksud mencari udara segar, dan sukur bisa liat “segar-segar” yang lain, mwahahaha.

Yap, 4 orang, gw (James), Andri, mas Indra, sama dedengkot kosan mas Hendri. Kami ngacir ke Merapi dengan berboncengan, udara pagi masih enak-enaknya, ditambah lagi hari Minggu sehingga jalanan ramai dengan seliweran kereta angin dan orang-orang berolahraga, pemandangan yang indah :D. Sepanjang perjalanan lancar jaya dengan sedikit kendala, (gw mules). Tapi akhirnya bisa sampai ke puncak dengan selamat sentosa.
Untuk masuk ke Wisata Erupsi Merapi, begitu disebutnya, cukup membayar karcis pintu masuk lokasi wisata seharga Rp.3000 per orang. Dan karena untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pengunjung dibatasi pendakian hingga ketinggian tertentu. Tapi itu sudah cukup membayar rasa capek dan penasaran siapapun yang kesini :)

Karena lereng merapi memang awesome, hamparan permadani hijau membentang dari timur hingga barat dan menyelimuti hampir keseluruhan lokasi, kecuali puncaknya yang tertutup kabut dan pasir. Pokoknya gak rugi deh berkunjung kemari, cocok buat yang mau hepi-hepi memanjakan mata dan merefresh otak sama paru-paru bareng teman atau keluarga, sama pacar juga boleh (tapi bagi-bagi ya :D ). Nah, dan daripada gw tambah berbusa nyerocos kesana-kemari mending langsung liat aja pic-nya, sumonggoooo...

Ini pos pendakian pertamax gan.

begitu tiba kita langsung disambut sama pemandangan ini. lebih cantik dari Titi Kumel ya kan ?

4 Lelaki pemberani yang gagah perkasa, kiri-kanan: gw (James), mas Hendri, Andri, mas Indra.


Ini pas, gw dijadiin eksperimen bagaimana ketika manusia berguling di jalan dengan kemiringan 70 derajat -_-"
Jangan percaya plang ini, nglemboni. pintu toiletnya gabisa dibuka, dan akhirnya gw buang sisa air di semak-semak. yang ternyata itu diatas kuburan , moga si tatat gapapa T_T

Ada naik, pasti ada turun. ini pas turun Gunung, entah kenapa perasaan backgroundnya kek Shire. Gandalf ! Firework !

yang ini, ga usah tanya.
Madu, tau kan ? please yang ga tau kembalilah ke jalan yang benar. mas Hendri beli ini ketika pulang, buat luluran katanya. dafuq ?

Tukang ojek terkeren sedunia.

Bule antah berantah yang maksa banget pengen minta tanda tangan gw, karena gw takut diculik, yaudah gw tinggal.
reruntuhan sisa peristiwa yang telah lalu, nice artwork.
udah eh, sebenarnya banyak foto lain yang lebih bisa mengungkapkan indahnya lereng Merapi, tapi karena gw orangnya males yaudah ini aja, problem ? *trolling

pesan gw, eksplorasi negeri sendiri dulu sebelum melirik negeri tetangga.
karena kadang sesuatu yang dekat sering diabaikan dan dilupakan, padahal bisa jadi ia lebih indah daripada yang lain.

sayonaraaaa...


0 komentar:

Posting Komentar