history of tigapuluhribu

on Sabtu, 03 Desember 2011
MySpace
30.000, mungkin bagi kalian ini Cuma sebuah angka nominal biasa (kalian siapa ? emang ada yg baca ?). whatever lah, pokoknya kalo bagi saya 30.000 adalah angka sial ! kenapa ? karena memang begitu. Mari saya beri sedikit pencerahan tentang sejarah bangsa yang kian terpuruk ini #timpuk

Jadi kutukan berantai ini bermula sekitar 6 bulan yang lalu, alkisah.. once upon a time, saat saya dan teman saya Andri, my partner in every (crime), waktu itu sedang kebingungan mencari kontrakan baru. Pada suatu sore yang durjana dan melelahkan, kami tiba di sebuah padepokan.. maksud saya di sebuah tempat (makin gajelas) intinya di sebuah rumah lah. Di depan rumah itu terpampang tulisan gede-gede “INFORMASI KOS & KONTRAKAN LENGKAP”, melihat kondisi kami yang sudah tinggal setengah nyawa, dan kehabisan perbekalan. Tentu saja kalian tau apa yang di pikiran kami ? ya, IFUN.. #injek kepala. Enggak, dengan mata berbinar dan agak sedikit mesum (yg terakhir ini bagiannya Andri) kami bermaksud bertanya kesana.

Ternyata si empunya rumah adalah seorang kakek tua berjanggut putih, dan bersarung (beneran lho yg ini). Sangat ramah, dan beliau tau maksud kedatangan kami kesana. Setelah ngobrol kesana kemari (berasa naik odong-odong), akhirnya si kakek memberikan opsi 2 rumah kepada kami. Yang satu harga +10jt/tahun, untuk 3 kamar.. yg ini kami coret dari list, mahal bo’. Dan opsi kedua ternyata cukup menarik, tirai biru atau merah. Kalo biru berisi Ifun, sementara yang merah berisi Boled..
MySpace
#woy OOT !

Ehm, maaf. Opsi kedua kami ditawari sebuah rumah yang cukup murah, katanya sih rumah sederhana gitu. Ok lah gak masalah, /tahun 8jt untuk 4 kamar. Wah, gayung bersambut dong.. sesuatu banget ini mah, kami langsung tertarik untuk melihatnya.
“bagaimana nak, sudah memutuskan pilih yang mana ?”, tanya sang kakek ketika ia keluar dari goa-nya. Kami yang daritadi bisik-bisik memang sudah memutuskan untuk memilih rumah yang kedua, selain karena pertimbangan harga, rumah yg itu kata si kakek juga dekat dengan kampus kami.
“yang kedua saja pak, kelihatannya cocok”, kata si Andri
Oh iya, Kalo boleh minta tolong, bisa kami diantar melihat kesana ?”,
“oh boleh, tentu saja”, jawab si kakek. saya gatau kenapa jawaban si kakek kali ini seperti bisa ular yang menusuk panci, begitu menyiratkan maksud tersembunyi.

Sehabis menjawab begitu si kakek masuk ke goa-nya lagi, dan setelah beberapa lama.. dia ngeluarin Elang !!
Halah, iya tau.. maaf, sekeluarnya si kakek dari rumahnya, dia membawa sebuah.. seperti buku catatan penelitian,
“kalian mengisi administrasi dulu”, kata si kakek.
Dari sini perasaan kami sudah mulai tidak enak, masalahnya tau sendiri dong di Indonesia itu kata “Administrasi” selalu berarti apa ? ya, Uang. Dan ternyata benar, kata si kakek untuk melihat rumah itu kami harus mengisi administrasi dulu. And you know ? musti bayar Rp.30.000 !!!!

WTF !? hanya untuk melihat-lihat doang musti bayar ? memangnya tu rumah tempat wisata ?!
karena sepertinya konspirasi ini sudah tidak menemui jalan terang, akhirnya kami memutar otak untuk kabur dari situ, itu pun pinjem otaknya si kakek karena kami ga punya otak, mwahahaha
Dan ternyata Allah memang maha pengasih, saat itulah terdengar adzan maghrib. Dengan liciknya kami meminta izin sama si kakek untuk mencari masjid terdekat, berniat untuk sholat maghrib dulu.
Si kakek dengan wajah curiganya akhirnya merelakan tangakapannya sejenak, walaupun dalam hati kecilnya mungkin dia sudah tau akal bulus kami, ngahahaha.. dan, cerita selanjutnya mungkin sudah bisa ditebak. Apakah kami kembali ke kakek itu ?

Tentu saja TIDAK !
MySpace

Gelombang kedua

Hmm, di cerita kedua ini ada hubungannya dengan pig. Tidak, bukan pig = babi. Kalau di Amerika, kata pig biasa diucapkan untuk menyebut polisi (it’s real). Jadi tau dong ini cerita mengenai apa ? iya, babi (halaaah !).
Ok here we go, alkisah pada hari Kamis di tahun 2011 (tanggalnya lupa). Saya dan, tau sendiri lah, ngacir ke kampus 2 untuk mengurus pengambilan sepeda (waktu itu saya baru mau beli sepeda). Dan karena kita adalah orang paling hebat sedunia, kami memutuskan untuk mengambil jalan memutar, padahal yang dekat dan sudah pasti hafal arahnya aja ada. Tapi kami malah waktu itu menyusuri ringroad utara sampai ke ringroad timur, dan untuk menyingkat cerita, akhirnya kami tiba di perempatan di sekitar Amplaz agak ke barat. Waktu itu lampu merah, lamaaaaa banget. Sambil nungguin kami gelar tiker dulu dan memandangi awan, percaya gak ?
Selain orang paling hebat, kami juga adalah pengendara paling cerewet di seantero dunia kegelapan. Waktu di perempatan kami asik ngobral ngobrol, dan untuk menyingkat cerita lagi obrolan yang gak penting saya singkirkan aja ya.

“eh, si Ifun kemaren jatuh ke got lho, imut beuuud, hahaha hihihihi”, kata Andri. “iya, trus ditolongin sama pak satpam. Pak satpamnya bewokan lhoo, hyahahaha”, timpalku.
penting gak siih iniii MySpace #timpuk bata.

“heh, mending kita motong jalan disini. Lebih cepet kayanya”, kataku. Di perempatan itu ada 4 arah jalan (ya iyalah !), yang ke kiri jalannya agak kecil, “ok lah, capcus cyin”, jawab si Indro. Akhirnya setelah lampu menyala ijo saya turun dari motor dan pipis.

Eh enggak !

Saya jalan dong, pelan2 kami belok ke kiri. Sebenarnya waktu itu perasaan udah gak enak, yang belok kok cuman kami sendiri ? dan voila ! begitu liat yang dari arah kiri, kok mobil sama motor memenuhi jalan berjejer ke arah yang sama semua ??!!
Bego, ini jalan satu arah ! saya langsung, mengeluarkan skill masak saya.maksudnya skill pembalap, maaf. Belok dengan sudut 45 derajat bermaksud untuk menghindar, untung aja belom masuk ke wilayah jalan yang dari arah kiri.

Tapi kayanya emang udah takdir, dari arah pos polisi terdengar suara nyaring, “baksoooooo, satu bang !”, MySpace eee bukaaan bukan itu.

Maksud saya bunyi “priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit..prit, si uprit dapet seiprit.. priiiiit”, bunyi khas peluit polisi. Sialan!
“selamaaat, siang pak”, kata bapak2 gendut berseragam itu dengan logat khas polisinya. “iya pak selamat siang”, jawab saya dengan wajah ditekuk. “bisa tolong ikut ke pos sebentar ?”, katanya lagi sambil menggiring kami kek nggiring orang ganteng aja.

Setelah babibu, babi abu abu. berdebat yang sudah pasti arah tujuannya. Kami akhirnya kalah debat sama tu bapak pig,
“anda ini sudah punya SIM, tapi masih saja melanggar rambu2”, katanya dengan suara nantang.
“lha kami kan ga tau pak ! lagipula kami kan belom melanggar marka jalannya !”, tegas Andri. Saya lebih memilih tenang2 aja, soalnya pasti lah. Ujung2nya juga pasti rupiah yang bicara, “kalian sidang jumat besok, dendanya TIGA PULUH RIBU”, kata itu pig dengan suara yang enggak enak didenger sumpah.
Saya ulangi lagi, TIGA PULUH RIBU !

WTF !!, bukannya polisi itu tugasnya MENGAYOMI DAN MELINDUNGI masyarakat ? paling tidak pertama kali kami seharusnya diberi pengarahan atau teguran dulu lah, bukan masalah duitnya tapi kami rugi waktu kalau musti sidang2an kek gitu, huuuuuuft. Tapi ya sudahlah, akhirnya SIM saya ditahan dan musti sidang jumat nanti untuk ngambilnya.

Iseng2 baliknya kami lewat situ lagi, and you know ? rambu2 itu ternyata memang ada, tapi tempatnya DI BELAKANG LAMPU MERAH !! jelas aja lah orang yang baru pertama lewat situ pasti yang diliat pertama adlah lampu merahnya, jiaaaaaaah !!! dasar Indonesia !

Kesimpulannya, polisi = PIG. Emang bener, susah ya ngomong sama pig :ngacir
Hwaaaaa.. kok cape, ntar ah lanjutin lagi. Masih ada 1 kisah yang mengokohkan kenapa 30.000 berhak menempati posisi sebagai angka sial.. hahahaha, sayonara !
MySpace

0 komentar:

Posting Komentar